Iklan

Breaking News
recent

Indonesia dan Australia pulihkan hubungan militer

Indonesia dan Australia pulihkan hubungan militer


Pemerintah Indonesia dan Australia memulihkan hubungan militer kedua negara, dua bulan setelah Indonesia menunda kerja sama militer dengan Australia terkait materi pengajaran yang menghina Pancasila.
Pemulihan itu diutarakan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, tatkala Presiden Joko Widodo berkunjung ke negara tersebut.
"Presiden Widodo dan saya sepakat memulihkan secara penuh kerja sama pertahanan, kegiatan pelatihan, dan pertukaran," kata Turnbull dalam jumpa pers di Sydney.
Di lain pihak, Jokowi mengaku yakin dalam kunjungannya yang perdana ke Australia sebagai kepala negara, kesepakatan perdagangan bebas akan dapat dirampungkan tahun ini.
"Saya telah membicarakan beberapa isu kunci dengan Perdana Menteri Turnbull. Pertama adalah pencabutan rintangan perdagangan, baik dalam wujud tarif maupun non-tarif untuk produk-produk Indonesia seperti kertas Indonesia dan minyak sawit," kata Jokowi.
Lieutenant General Angus Campbell shakes hands with General Gatot Nurmantyo in JakartaHak atas fotoINDONESIA ARMED FORCES
Image captionPanglima TNI Gatot Nurmantyo, menerima kunjungan panglima militer Australia di Jakarta, pada 8 Februari lalu.
Sebelum hubungan militer kedua negara resmi dipulihkan, pada 8 Februari lalu panglima militer Australia Angus Campbell bertemu dengan para jenderal TNI di Jakarta untuk menyampaikan permintaan maaf.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut Indonesia menerima permintaan maaf Australia.
TNI membekukan semua kerja sama pertahanan dengan Australia pada Desember 2016 lalu, kendati kemudian disebutkan bahwa yang dibekukan adalah program pelatihan bahasa.
Pembekuan dipicu oleh insiden ketika instruktur pasukan komando Indonesia, Kopassus, sedang mengajar para personel pasukan komando Australia (Special Air Service) di salah satu fasilitas pelatihan militer di Perth.
Salah seorang instruktur Kopassus merasa ada salah satu unsur yang dipajang di fasilitas tersebut, yang menghina Indonesia.
Belakangan, Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan unsur yang menghina itu antara lain "catatan tentara Indonesia di masa lalu, Timor Timur, kemerdekaan Papua dan Pancasila."


Posted By

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.